• Judul Buku : Fathul Majid Penjelasan Lengkap Kitab Tauhid
• Judul Asli : Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid
• Penerbit : Pustaka Sahifa, Jakarta
• Penulis : Al Allamah Abdurrahman bin Hasan Alu Asy Syaikh
• Penerjemah : Izzuddin Karimi Lc
• Tebal : 1360 Halaman
• Harga : Rp.189.000,-
MUATAN BUKU
Terbitan kami ini, adalah edisi lengkap Fathul Majid, dan insya Allah, dapat memenuhi semua kebutuhan seorang muslim dalam dasar-dasar tauhid. Buku ini memuat:
1. Matan lengkap “Kitabut Tauhid Alladzi Huwa Haqqullah ‘Alal ‘Abid”, karya Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Islam di zamannya, dalam teks aslinya yang berbahasa Arab yang dilengkapi harakat, dan tentu lengkap dengan terjemahnya, sehingga memudahkan bagi para pencinta ilmu untuk mengkajinya.
2. Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid, karya Asy Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh.
3. Diberikan ta’liq dan hasyiyah ( Komentar & Tambahan penjelasan ) oleh syaikh Muhammad Hamid Al Faqi dimana sebagian besar dari ta’liq beliau tersebut beliau ambil dari Qurratu ‘Uyunil Muwahhidin, karya penulis Fathul Majid sediri.
4. Ta’liq ini kemudian di Muroja'ah (dikaji ulang) oleh Imam Al Allamah Ibnu Baaz- rahimahullah-, dan beliau memberikan koreksi dan komentar yang sangat penting terhadap sejumlah masalah.
5. Hadits-hadits dalam kitab tauhid, ditakhrij dengan berpegang kepada berbagai referensi takhrij.
6. Buku ini dilengkapi dengan risalah takhrij Ahadits muntaqodah fii kitaabit tauhid, karya syaikh Furaih bin Shalih Al Bahlal yang merupakan takhrij pembelaan atas sejumlah hadits-hadits dalam kitab tauhid yang dipermasalahkan oleh sebagian kalangan.
7. Buku ini juga dilengkapi oleh daftar istilah ilmiah lengkap dengan makna dan definisinya. Sehingga bagi pembaca yang masih kesulitan dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam buku ini, pembaca bisa merujuk makna dan definisinya pada daftar istilah ilmiah ini.
8. Dalam buku ini juga dicantumkan Biografi Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, penulis buku Kitabut Tauhid.
ISI POKOK BUKU
Perjalanan dakwah sang pembaharu, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang menulis matan kitab ini, penting untuk dicermati, karena beliau muncul dan berdakwah di tengah masyarakat yang sangat akrab dengan pengagungan terhadap kuburan, bid'ah, dan khurafat. Kondisi masyarakat yang beliau hadapi mirip dengan kondisi masyarat tanah air di sebagian wilayah. Karena itu, buku kita ini menjadi sangat penting, karena ditulis oleh seorang ulama yang menghadapi langsung segala rintangan dan penolakan dari banyak kalangan, sehingga buku ini benar-benar rujukan primer dan utama dalam masalah tauhid yang ditulis berdasarkan al-Qur`an dan as-Sunnah yang didorong oleh kondisi riil yang dihadapi penulisnya.
Sebagaimana yang telah disinggung dalam resensi pertama dari buku ini, bahwa penegakan tauhid tidak akan berguna tanpa disertai dengan perang dan penolakan terhadap syirik. Itulah sebabnya para ulama mengatakan bahwa Agama Islam tegak di atas dua pondasi utama: pertama, mentauhid-kan Allah, mendakwahkan tauhid dan loyal kepada para penganutnya, dan kedua, Memerangi Syirik dan memusuhi serta anti terhadap para penganutnya.
Itulah sebabnya kalimat tauhid yang dititahkan kepada semua para rasul yang pernah diutus Allah, adalah La Ilaha Illallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Pernyataan, Tidak ada tuhan yang berhak disembah adalah penolakan terhadap penuhaan segala apa saja selain Allah, dan pernyataan kecuali Allah adalah ikrar bahwa hanya Allah yang berhak dituhankan dan disembah dengan segala bentuk penyembahan dan penuhanan. Maka tidak ada gunanya seseorang atau suatu kaum mengikrarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah kalau masih melakukan praktik-praktik syirik dan membiarkan syirik tanpa pengingkaran bahkan loyal kepada para palaku syirik.
Inilah yang diungkapkan oleh al-Qur`an secara tegas dan jelas dalam banyak ayat. Perhatikan Firman Allah Ta'ala dalam Surat an-Nisa`: 36,
{وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا}.
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun.
Perintahnya tidak hanya sembahlah Allah tetapi disertai dengan jangan mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan yang seperti ini banyak sekali dalam al-Qur`an dan as-Sunnah yang shahih.
Dalam buku kita ini kedua sisi ini dibahas secara mendasar dan menyeluruh. Dan mudah-mudahan ulasan berikut ini dapat menjelaskan pentingnya buku ini sehingga Anda terpacu untuk mengkajinya. Pendengar Radio Rodja yang dirahamati Allah….
Allah Ta'ala berfirman dalam al-Qur`an,
{كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ}.
Mulanya manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan itu.
Pada mulanya umat manusia itu adalah umat yang satu dalam tauhid, mereka adalah satu umat yang tegak di atas Syari'at Allah dan kebenaran. Begitulah tafsir yang ma`tsur dan shahih dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma. Dan dalam riwayat Shahih disebutkan bahwa itu berlangsung selama sepuluh generasi. Kemudian menjelang diutusnya Nabi Nuh Alaihissalam sebagai rasul yang pertama, tercatalah ada lima orang ulama nan shalih yang menjadi panutan umat kala itu, wafat seorang demi seorang, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam Surat Nuh. Para pengikut mereka tentu sangat merasa kehilangan dengan kepergian mereka, karena merekalah yang selama itu menjadi teladan mereka dalam beribadah kepada Allah. Dalam situasi itulah, muncul setan kepada mereka dan membisikkan agar mereka membuat semacam arca atau patung untuk lima orang shalih tersebut agar mengingatkan mereka bagaimana hebatnya keshalihan mereka sehingga mereka tetap bersemangat mengikuti jejak orang-orang shalih itu sekalipun mereka telah wafat.
Patung-patung mereka pun kemudian dibuat dan diletakkan pada majlis-majlis tempat mereka biasa menyampaikan pengajaran. Dan kala itu patung-patung tersebut, belum disembah. Ketika generasi yang membuat patung telah meninggal dunia satu demi satu, lalu datanglah generasi baru yang tidak mengetahui tujuan dibuatnya patung-patung orang-orang shalih tersebut, datanglah setan dan membisikkan kepada mereka bahwa generasi terdahulu menyembah mereka, maka patung-patung itupun mulai disembah. Inilah syirik pertama dalam sejarah yang dilakukan anak cucu Nabi Adam alaihissalam. Dan pada kaum itulah Nabi Nuh alaihissalam diutus Allah subhanahu wata'ala. Maka makna ayat di atas adalah lebih kurang sebagai berikut:
Pada mulanya manusia itu adalah satu di atas tauhid. Mereka semua bertauhid dan berpegang pada Syariat yang haq. Kemudian muncullah syirik sehingga terjadilah perselisihan, ada yang tetap teguh bertauhid ada yang terjerumus dalam syirik. Maka Allah mengutus para nabi sebagai rasul-rasul Allah alaihimussalam, demi untuk menyampaikan kabar gembira dengan surga bagi yang teguh bertauhid dan memperingatkan dengan neraka bagi yang melakukan syirik, dan bersama para rasul tersebut, Allah menurunkan kitab suci sebagai pemutus perselisihan yang terjadi tersebut.
Maka syirik yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh alaihissalam sama persis dengan syirik yang dilakukan kaum Quraisy di mana Nabi kita, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, diutus oleh Allah kepada mereka. Orang-orang musyrik itu, semuanya, sama dalam prinsip kesyirikan mereka, yaitu bahwa mereka tidak berkeyakinan ada tuhan-tuhan lain yang menciptakan alam ini dan dapat memberikan mereka apa yang mereka minta. Tetapi mereka hanya menjadikan patung dan berhala tersebut, hanya sebagai semacam arca yang melambangkan sosok di baliknya, yang menjadi perantara antara mereka dengan Allah. Inilah hakikat syirik kaum Nabi Nuh dan ini pula syirik yang dilakukan oleh kaum Jahiliyah Quraisy.
Dan tipu daya dan fitnah paling besar yang diciptakan setan adalah pengagungan terhadap kuburan orang-orang shalih sebagai pengganti pengagungan kepada patung orang shalih. Dan inilah yang sampai sekarang masih mengotori dunia Islam.
Inilah hakikat perseteruan yang paling pokok antara kebenaran dan kebatilan hingga Hari Kiamat. Dan Allah telah mengingatkan orang-orang yang mendustakan seruan para rasul Allah dengan FirmanNya,
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيْرُوْا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ}.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu', maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An-Nahl: 36).
Maka kehadiran buku ini, adalah pencerahan hebat yang mudah-mudahan merupakan titik awal dari penegakan tauhid secara murni di negeri ini. Tentu buku ini telah lama terbit, dalam bentuk terjemahan yang komplit, dan hanya Anda bisa dapatkan dalam terbitan PT. SAHIFA HAQ ini.
Pendengar Radio Rodja….
Lebih dari itu, setan akan selalu berusaha dengan berbagai macam cara untuk menyesatkan manusia, dengan membisikkan berbagai macam perbuatan yang merusak tauhid kaum muslimin, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap kaum Nabi Nuh tadi. Iblis telah bersumpah kepada Allah untuk menyesatkan manusia. Allah berfirman mengabadikan ucapan iblis,
{فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ * إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ}.
Demi keperkasaanMu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang diberi keikhlasan di antara mereka. (Shad: 82). Pendengar Radio Rodja Yang Dirahmati Allah…. Salah satu yang disinggung secara jelas di sini adalah bagaimana setan berusaha mencuri berita wahyu di langit dengan menguping dari perbincangan di antara para malaikat, lalu satu kebenaran yang mereka dengar itu mereka bisikkan kepada dukun dan ditambahkannya dengan seratus kebohongan. Maka kalau ada dukun yang kadang apa yang dikatakannya terbukti, itu bukan karena dukun itu mengetahui yang ghaib, tetapi karena bekerjasama dengan setan, dan bersama kebenaran yang hanya satu itu ada seratus kebohongan yang dapat menyebabkan orang-orang yang mendatangi mereka terjatuh dalam kemusyrikan dan kekufuran. Oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam memutuskan semua jalan yang mungkin menghubungkan seorang muslim dengan dukun dengan sabda beliau,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم.
Barangsiapa yang datang kepada seorang dukun, lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka orang tersebut telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. (Hadits ini dishahihkan oleh al-Albani dan beliau takhrij dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 3387).
Begitu juga dengan sihir dengan berbagai jenisnya.