Amalan-amalan Ringan Namun Berpahala Besar


بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Bersyukurlah Kawanku…

Karena termasuk kemurahan Allah Ta’ala atas umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dilipatkannya ganjaran dan pahala di dalam beramal.

Dan ini hanya dimiliki oleh umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, subhanallah wal hamdulillah…!

عَنْ عَبْدِ الله أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « إِنَّمَا بَقَاؤُكُمْ فِيمَا سَلَفَ قَبْلَكُمْ مِنَ الأُمَمِ كَمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ ، أُوتِىَ أَهْلُ التَّوْرَاةِ التَّوْرَاةَ فَعَمِلُوا حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ النَّهَارُ عَجَزُوا ، فَأُعْطُوا قِيرَاطًا قِيرَاطًا ، ثُمَّ أُوتِىَ أَهْلُ الإِنْجِيلِ الإِنْجِيلَ فَعَمِلُوا إِلَى صَلاَةِ الْعَصْرِ ، ثُمَّ عَجَزُوا ، فَأُعْطُوا قِيرَاطًا قِيرَاطًا ، ثُمَّ أُوتِينَا الْقُرْآنَ فَعَمِلْنَا إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ ، فَأُعْطِينَا قِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ ، فَقَالَ أَهْلُ الْكِتَابَيْنِ أَىْ رَبَّنَا أَعْطَيْتَ هَؤُلاَءِ قِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ ، وَأَعْطَيْتَنَا قِيرَاطًا قِيرَاطًا ، وَنَحْنُ كُنَّا أَكْثَرَ عَمَلاً ، قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ ظَلَمْتُكُمْ مِنْ أَجْرِكُمْ مِنْ شَىْءٍ قَالُوا لاَ ، قَالَ فَهْوَ فَضْلِى أُوتِيهِ مَنْ أَشَاءُ »

Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bagian kalian terhadap apa yang telah terdahulu dari umat-umat sebelum kalian laksana antar shalat Ashar sampai terbenamnya matahari, kaum ahli kitab Taurat diberikan Taurat lalu mereka mengamalkannya sampai jika telah pertengahan siang, mereka kelelahan, maka mereka diberi (masing-masing) satu qirath, satu qirath, kemudian kaum ahli kitab Injil diberikan Injil, lalu mereka mengamalkannya sampai shalat Ashar, kemudian mereka kelelahan, maka mereka diberi (masing-masing) satu qirath, satu qirath, kemudian kita diberikan Al Quran, lalu kita mengamalkannya sampai terbenam matahari, maka kita diberi (masing-masing) dua qirath, dua qirath. Dua kaum dari dua kitab berkata: “Wahai Rabb kami, Engkau telah memberikan mereka dua wirath-dua qirath sedangkan kami Engkau beri satu qirath-satu qirath, padahal kami lebih banyak amalannya,” Allah Azza wa Jalla berfirman: “Apakah Aku telah menzhalimi sedikit dari pahala kalian?” mereka menjawab: “Tidak,” maka Allah berfirman: “Itulah kemurahan-Ku yang Aku berikan kepada siapa yang Aku kehendaki.” (HR. Bukhari).


Ketauhilah kawanku…

Bahwa life style orang-orang yang diridhai Allah adalah senantiasa merasa sedih dan rugi jika ketinggalan ganjaran dan pahala. Contohnya:

عن نَافِع قَالَ قِيلَ لاِبْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رضي الله عنه يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ الله –صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ تَبِعَ جَنَازَةً فَلَهُ قِيرَاطٌ مِنَ الأَجْرِ ». فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ رضي الله عنهما أَكْثَرَ عَلَيْنَا أَبُو هُرَيْرَةَرضي الله عنه . فَبَعَثَ إِلَى عَائِشَةَ رضي الله عنها فَسَأَلَهَا فَصَدَّقَتْ أَبَا هُرَيْرَةَ رضي الله عنه فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ رضي الله عنهما لَقَدْ فَرَّطْنَا فِى قَرَارِيطَ كَثِيرَةٍ.

Artinya: “Nafi’ bercerita bahwa Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah ditanya bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengikuti jenazah maka baginya satu qirath dari pahala,” maka Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: “Abu Hurairah telah berkata begitu berlebihan untuk kita,” lalu beliau pergi menuju Aisyah radhiyallahu ‘anha menanyakan (perihal yang dikatakan oleh Abu Hurairah), dan Aisyah radhiyallahu ‘anha membenarkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, maka Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sungguh kita telah menyia-nyiakan qirath-qirath (pahala) yang sangat banyak.” HR. Muslim.

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah:

وفيه دلالة على فضيلة بن عمر من حرصه على العلم وتاسفه على ما فاته من العمل الصالح

Artinya: “Di dalam riwayat ini terdapat keutamaan Abdullah bn Umar yaitu kesungguhan beliau untuk mendapatkan ilmu dan sikap merasa rugi beliau atas apa yang tertinggal oleh beliau dari amal shalih.” (Lihat kitab Fath Al Bary, 3/233).

Kawanku…

Sekarang mati kita lihat beberapa contoh dari dilipatkannya ganjaran dan pahal di dalam amalan, semoga kita tergugah untuk mengamalkannya :

Mengikuti muadzdzin di dalam adzannya

عَنْ عَبْدِ اللi بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنهما أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ –صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللi عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ ».

Artinya: “Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa beliau telah mendengar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian mendengar seorang muadzdzin maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan, kemudian bershalwatlah kalian atasku, karena sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat atasku satu kali shalawat, maka Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali, kemudian mintalah kalian kepada Allah untukku Al Wasilah, karena sesungguhnya ia adalah kedudukan di dalam , tidak pantas mendapatkannya melainkan untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan aku berharap akulah orangnya (yang mendapatkan itu), maka barangsiapa yang memohonkan untukku Al Wasilah maka halal bagiannya syafaat.” HR. Muslim.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الله أَنَّ رَسُولَ الله – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

Artinya: “Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengar adzan mengucapkan: “اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ (Allahumma Rabba Hadzihid da’watit tamati wash shalatil qaimati, Aati Muhammadan Al Wasilata wa Al fadhilata Wab’atshu Maqaman Mahmudan Alladzi wa’attahu) (Wahai Allah, rabbnya panggilan yang sempurna dan shalat yang didirikan ini, berikanlah kepada Muhammad Al Wasilah dan kemuliaan serta dudukkanlah beliau pada tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan untuk beliau), maka halal syafaatku untuknya pada hari kiamat.” HR. Bukhari.

Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat dan ketika hendak tidur

عن أَبَي أُمَامَةَ يَقُولُ رضي الله عنه : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلا الْمَوْتُ).

Artinya: “Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, niscaya tidak ada yang menahannya masuk melainkan kematian.” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6464.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah diperintahkan menjaga harta sedekah, kemudian beliau didatangi oleh pencuri selama tiga hari dan selalu beliau bisa tangkap dan selalu beliau lepaskan, dan ketika tertangkap pada hari yang ketiga, pencuri ini berkata kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ (اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- «مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ» قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ «مَا هِىَ» قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ (اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ. فَقَالَ النَّبِىُّ –صلى الله عليه وسلم- «أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ» قَالَ لاَ قَالَ «ذَاكَ شَيْطَانٌ»

Artinya: “Jika engkau kamu tidur di kasurmu maka bacalah ayat kursi ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ) sampai habis satu ayat, maka sesungguhnya masih saja ada seorang penjaga dari Allah untukmu dan setan tidak akan pernah mendekatimu sampai pagi.” Lalu kata Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: “Maka aku lepaskan dia dan ketika sudah pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa yang dilakukan oleh tawananmu tadi malam?” aku menjawab: “Wahai Rasulullah, dia mengaku bahwa dia mengajariku beberapa bacaan, semoga Allah memberikan kebaikan kepadaku dengannya, lalu aku lepaskan dia.” Nabi bertanya: “Apakah bacaan itu?”, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Jika engkau kamu tidur di kasurmu maka bacalah ayat kursi ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) sampai habis satu ayat, maka sesungguhnya masih saja ada seorang penjaga dari Allah untukmu dan setan tidak akan pernah mendekatimu sampai pagi”. Dan mereka adalah orang-orang yang paling semangat atas kebaikan. Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Adapun dia, sungguh dia telah berlaku jujur kepadamu tetapi dia adalah tukang dusta, apakah kamu mengetahui siapakah yang kamu bicarai selama tiga hari, wahai Abu Hurairah?” Beliau menjawab: “Tidak”, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda: “Dia adalah setan.” HR. Bukhari.

Membaca 2 ayat terakhir dari surat Al Baqarah

عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم - « مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

Artinya: “Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada sebuah malam maka dua ayat tersebut mencukupkannya.” HR. Bukhari.

Makna “dua ayat tersebut mencukupkannya”:
- Mencukupkannya dari bangun malam
- Mencukupkannya dari membaca Al Quran baik di dalam shalat atau di luar shalat
- Mencukupkannya dalam perkara akidah karena dua ayat tersebut meliputi perkara iman dan amal shalih secara umum.
- Menjaganya dari segala keburukan
- Menjaganya dari keburukan setan
- Menghalangi untuknya keburukan manusia dan jin
- Mencukupkan baginya dari apa saja pahala yang didapat bagi pelakunya daripada amalan apapun.

Al Hafizh menyatakan bahwa makna yang pertama terdapat secara jelas dalam perkatan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dan makna yang keempat dikuatkan dengan hadits An Nu’man bin Basyir yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi.

Adapun Asy Syaukani setelah menyebutkan tujuh makna ini beliau berkata:

ولا مانع من إرادة هذه الأمور جميعها ويؤيد ذلك ما تقرر في علم المعاني والبيان من أن أحذف المتعلق مشعر بالتعميم فكأنه قال كفتاه من كل شر ومن كل ما يخاف وفضل الله واسع

Artinya: “Dan tidak ada yang menghalangi bahwa maknanya adalah dari apa yang disebutkan seluruhnya, dan yang menguatkan hal tersebut adalah apa yang telah tetap di dalam ilmu ma’any dan bayan bahwa penyembunyian apa yang terkait mengisyaratkan keumuman, maka seakan-akan beliau bersabda, dua ayat tersebut mencukupkannya dari setiap keburukan dan setiap apa yang ditakuti, dan kemurahan Allah sangat luas.” Lihat kitab Tuhfat Al Ahwadzi, 8/152.

Bershalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
عَنْ أَنَسِ بْن مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ ».

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bershalawat atasku satu shalawat maka niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh shalawat, dihapuskan darinya sepuluh dosa dan diangkatkan untuknya 10 tingkatan.” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Al Jami’, no. 6359.

عن أبي الدرداء رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- «مَنْ صَلَّى عَلَى حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْراً وَ حِيْنَ يَمْسِي عَشْراً أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

Artinya: “Abu Ad Darda radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bershalawat atasku ketika pagi sebanyak sepuluh kali dan ketika sore sebanyak sepuluh kali maka niscaya syafa’atku akan mendapatinya di hari kiamat.” HR. Ath Thabrani dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al jami’, no. 6357.

Al Bukhari rahimahullah berkata: “Abu Al ‘Aliyah rahimahullah berkata:

قَالَ أَبُو الْعَالِيَةِ صَلاَةُ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلاَئِكَةِ، وَصَلاَةُ الْمَلاَئِكَةِ الدُّعَاءُ.

“Shalawatnya Allah adalah pujian-Nya atasnya di hadapan para malaikat dan shalawatnya para malaikat adalah doa.” Lihat kitab Shahih Bukhari.

Beristighfar untuk kaum beriman baik lelaki ataupun perempuan

عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- «مَنْ اسْتَغْفَرَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ حَسَنَةٍ

Artinya: “Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meminta ampun untuk kaum beriman lelaki dan perempuan, maka niscaya Allah menuliskan baginya dengan setiap lelaki dan perempuan beriman satu kebaikan.” HR. Ath Tahbarani dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6026.

Mengucapkan subhanallah wa bihamdih

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ –رضى الله عنه– أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– قَالَ «مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ. فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ»

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan Subahnallah wa bihamdih di dalam sehari sebanyak seratus kali maka niscaya terhapus meskipun sebanyak buih lautan.” HR. Bukhari.

Berjabat tangan setelah mengucapkan salam jika bertemu dengan sesama muslim

عَنْ حُذَيْفَةَ، رضي الله عنه قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن الْمُؤْمِنُ إِذَا لَقِيَ الْمُؤْمِنَ فسلم عليه وأخذ بيده فصافحه تَنَاثَرَتِ خَطَايَاهما كَمَا يتنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ"
Artinya: “Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya jika seorang mukim bertemu dengan seorang dengan mukmin lalu dia memberikan salam dan mengambil tangannya dan bersalaman dengannya, maka kesalahan-kesahannya gugur sebagaiman gugurnya dedaunan pohon.” HR. Ath Thabrani dan dishahihkan oleh Al Albani di dalm kitab Silsilat Al Hadits Ash Shahihah, no. 526.

Menyolati jenazah

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ –رضى الله عنه– قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- «مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ» قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ «مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ»

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengikuti jenazah sampai dishalatkan atasnya maka baginya satu qirath (pahala) dan barangsiapa yang menyaksikan sampai dikubur maka baginya dua qirath (pahala)”, beliau ditanya: “Apa itu dua qirath?” beliau menjawab: “Seperti dua gunung yang besar.” HR. Bukhari.

Menunggu pembayaran hutang atau memaafkan bagi siapa yang sulit bayar hutang

عَنْ بُرَيْدَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ «مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِراً كَانَ لَهُ كُلَّ يَوْمٍ صَدَقَةٌ وَمَنْ أَنْظَرَهُ بَعْدَ حِلِّهِ كَانَ لَهُ مِثلُهُ فِى كُلِّ يَوْمٍ صَدَقَةٌ»

Artinya: “Buraidah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menangguhkan orang yang sulit membayar hutang, maka baginya setiap hari (seperti) bersedekah dan barangsiapa yang menangguhkannya setelah jatuh temponya maka baginya (seperti) bersedekah sepertinya pada setiap harinya.” HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 68.

Kawanku…

Sungguh jalan-jalan kebaikan terpampang luas dan lebar serta banyak lagi pula mudah…

Semoga kita diberikan petunjuk oleh Allah Ta’ala untuk mengamalkannya setelah kita diberi petunjuk untuk mengetahuinya… Allahumma amin.

*) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, 15 Rabiul Awwal 1433 H, Dammam KSA.

Postingan terkait: